AQUAPONIC
Solusi penanganan limbah bagi pembudidaya lele
Dengan teknik pembudidayaan lele dengan teknik organik, air yang telah terpakai maupun sedang
dipakai memang tidak memerlukan sirkulasi/penggantian air yang intens/sering.
namun memang beberapa diantara kita terkadang mengalami masalah dengan keadaan
air dikolam, dimana air kolam biasanya keruh dan berbau, sehingga menyebabkan
lele yang kita pelihara bermasalah.
Bagi yang memiliki sumber air yang
bagus, terus memiliki lahan yang cukup, mungkin hal ini tidak jadi masalah.
namun berbeda dengan kita-kita yang memiliki lahan yang terbatas, dan sumber
air yang minim. tentu keadaan kolam yang keruh dan bau harus memiliki solusi
lain yang lebih "masuk akal" dilakukan.
Dan teknik Aquaponik mungkin bisa jadi solusi untuk masalah ini. Berikut
artikel menarik tentang Teknik Aquaponik.
AQUAPONIC SYSTEM : PENGEMBANGAN MODEL
AKUAKULTUR BERBASIS TRANSFORMASI DAN DAUR ULANG LIMBAH NUTRIEN
Oleh : Sumoharjo
Keberhasilan suatu usaha akuakultur sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang optimum untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang dipelihara. Sementara itu, dalam suatu sistem tertutup secara kontinu ikan memproduksi limbah nutrien yang secara perlahan namun pasti mencapai level yang beracun (toksik) bagi ikan itu sendiri.
Menurut Colt (1991) dari 1 kg pakan dengan konsumsi oksigen 250 gram, ikan mengeluarkan 340 gram CO2 dan 30 gram amonia melalui insang, 500 gram feses padat dan 5.5 gram PO4-P. Losordo et al. (1998) telah menghitung sekitar 250-300 gram limbah berupa solid (dari feses dan residu pakan) dihasilkan oleh setiap 1 kg ikan. Menurut Zonneveld et al. (1991) setiap 1 kg pelet pakan yang dikonsumsi ikan dapat menghasilkan NH4+-N sebesar 30 gram. Limbah akuakultur dalam bentuk gas di antaranya adalah karbon dioksida (CO2) dari hasil respirasi biota akuatik dan hasil perombakan bahan organik secara aerobik maupun anaerobik oleh bakteri heterotrof.
Oleh karena itu, untuk menjaga lingkungan akuakultur agar selalu dalam
kondisi optimum maka air media ikan diresirkulasi dengan melalui mekanisme
filtrasi. Menurut Van Rijn et al. (2005) bahwa sistem resirkulasi untuk
menghilangkan nitrat dari sistem akuakultur untuk beberapa alasan, seperti; (1)
regulasi proteksi lingkungan diasosiakan dengan level nitrat yang diijinkan
> 11.3 ppm (European council directive, 1998). (2) menghindari peningkatan nitrit
sebagai akibat dari reduksi nitrat yang tidak sempurna (3) stabilisasi
kapasitas penyangga (4) mengeliminasi karbon organik, ortofosfat dan sulfid
dari air budidaya selama proses denitrifikasi.
Dalam sistem filtrasi konvensional sebenarnya tidak mengeliminasi limbah
nutrien dari sistem akuakultur karena nutrien tersebut hanya tertahan sesaat di
media filter yang kemudian kembali lagi ke dalam wadah akuakultur sedangkan
pembuangan (discharge) limbah dari media filter akan dapat mempengaruhi
lingkungan akuatik secara luas, hal ini tentu saja bertentangan dengan
kebijakan proteksi lingkungan dalam good aquaculture practices untuk
biosekuriti dan water scarcity. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya
eliminasi limbah nutrien ini dengan mengalihkannya ke tingkat trofik lain
sehingga menjadi suatu produk yang lebih bermanfaat.
Akuaponik adalah suatu perpaduan sistem budidaya antara sub sistem
hidroponik dengan sub sistem akuakultur sehingga menjadi suatu sistem produksi
pangan terpadu (tanaman dan ikan). Dewasa ini, Akuaponik menjadi sebuah model
produksi pangan berkelanjutan yang menekankan pada konsep aliran nutrien yang
memadukan prinsip-prinsip ekologis sehingga teknologi ini lebih alami dan
sangat ramah lingkungan, menghasilkan produk organik karena bebas dari
kontaminasi bahan kimia (misalnya;disinfektan, pestisida, antibiotik, dll).
Selain itu, akuaponik merupakan sistem akuakultur yang dikembangkan untuk lahan
terbatas sehingga sangat penting untuk pengembangan akuakultur di daerah
perkotaan (urban aquaculture).
Sistem akuaponik mengikuti
prinsip-prinsip berikut:
·
Produk limbah dari satu sistem biologis perfungsi sebagai nutrient untuk
system biologis berikutnya.
·
Perpaduan ikan dan tanaman merupakan usaha polikultur yang menghasilkan
produk ganda (ikan dan sayuran).
·
Air dapat digunakan kembali karena telah melalui resirkulasi dan filtrasi
secara biologis.
·
Produksi pangan lokal ini akan menyediakan akses untuk pangan sehat dan
meningkatkan ekonomi lokal.
Dalam akuaponik, efluen yang kaya nutrien dari bak ikan digunakan sebagai
pupuk untuk produksi tanaman hidroponik. Hal ini baik bagi ikan, karena akar
tanaman menjadi media permukaan untuk tempat tumbuhnya Rhizobacteria yang akan
merombak limbah nutrien dari sistem akuakultur. Nutrien ini dihasikan dari
kotoran ikan, alge, dan sisa pakan yang dapat terakumulasi hingga level toksik
dalam bak ikan, tetapi sebaliknya dapat berfungsi sebagai pupuk cair untuk
pertumbuhan tanaman dalam hidroponik. Dengan demikian, hidroponik berfungsi
sebagai biofilter untuk menyerap amonia, nitrat, nitrit, dan fosfor, jadi air
yang bersih kemudian dapat dialirkan kembali ke bak ikan. Bakteri nitrifikasi
yang hidup dalam media filter dan berasosiasi dengan akar tanaman memegang peran
utama dalam siklus nutrient; tanpa mikroorganisme ini keseluruhan system akan
berhenti berfungsi.
Akuakulturis dan petani menggunakan
akuaponik karena beberapa alasan :
·
Petani melihat kotoran ikan sebagai sumber pupuk organic yang baik bagi
pertumbuhan tanaman.
·
Pembudidaya ikan melihat hidroponik sebagai salah satu metode biofltrasi
untuk memfasilitasi akuakultur resirkulasi intensif.
·
Petani melihat akuaponik sebagai cara untuk memperkenalkan produk organik
ke pasar karena hanya menggunakan pupuk dari kotoran ikan yang telah melalui
proses biologis.
·
Menghasilkan dua produk sekaligus dari satu unit produksi.
·
Akuaponik dapat menghasilkan sayuran segar dan ikan sebagai sumber protein
pada daerah-daerah kering dan ketersediaan lahan terbatas.
·
Akuaponik adalah model produksi pangan yang berkelanjutan dengan perpaduan
tanaman dan ikan dan sikulus nutrien.
·
Selain untuk aplikasi komersial, akuaponik telah menjadi tempat
pembelajaran yang populer bagi masyarakat maupun siswa-siswa kejuruan perikanan
tentang biosistem terpadu.
Sumber: http://sumoharjo.blogspot.com/2009/11/aquaponic-system.html
Yup, segala hal harus difikirkan demi keberlangsungan usaha kita dalam
membudidayakan lele sangkuriang. karena cepat-atau lambat masalah limbah harus
dapat diatasi agar tidak menyebabkan masalah dikemudian hari.
1) rasionya 3,3 ekor ikan/batang tanaman.
2)bisa, untuk tambak gunakan rumput laut jenis gracilaria. untuk kolam
tanah buatkan sistem rawa buatan di sampingnya.
3)solid trapnya bisa menggunakan galon air mineral yang diberi penyekat, atau filter tower yang dibuat dari paralon 3". untuk saringannya gunakan kasa plastik yang biasa dipasang di ventilasi rumah untuk menghalangi nyamuk.
1) rasionya 3,3 ekor ikan/batang tanaman
2)solid trapnya bisa menggunakan galon air mineral yang diberi penyekat, atau filter tower yang dibuat dari paralon 3". untuk saringannya gunakan kasa plastik yang biasa dipasang di ventilasi rumah untuk menghalangi nyamuk.
Demikian infonya semoga berguna.
DARI berbagai Sumber....
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Manfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.
BERIKUT ILUSTRASI VIDEO BUDIDAYA IKAN DAN SAYURAN DISATU TEMPAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar